Sabtu, 07 Maret 2015

FILSAFAT ILMU

PENGANTAR

Filsafat Ilmu adalah kajian yang terarah pada pencaritahuan tentang hakekat ilmu. Ia berusaha memberi penjelasan terkait syarat suatu pengetahuan dapat disebut ilmiah dan mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan seperti : 1) bagaimana suatu ilmu dapat memberi penjelasan terhadap sesuatu fenomena, 2) bagaimana juga suatu ilmu dapat digunakan untuk memperkirakan keadaan mendatang, 3) bagaimana cara menentukan validitas sebuah informasi, 4) bagaimana berbagai macam penalaran dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan, dan lain sebagainya.
Ilmu, sebagaimana kita tahu adalah merupakan kumpulan sejumlah teori dalam bidang tertentu. Ia menjelaskan tentang sebenar-benarnya alam, serta fenomena yang terjadi di alam. Fenomena adalah segala sesuatu yang hadir dalam kesadaran manusia.
Untuk tujuan memberi penjelasan itu sesuatu ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individu-individu di dalam suatu masyarakat.
Apa yang telah secara selintas saya uraikan tersebut bermaksud sekedar memberi gambaran umum atau overview terkait Filsafat Ilmu. Sebagaimana overview maka tak menyentuh detail penjelasan yang mendalam. Agar kita dapatkan penjelasan yang tuntas tentang materi Filsafat Ilmu maka akan menjadi baik jika kita pahami dulu konsep filsafat dan kemudian juga ilmu.
Dari bahasa Yunani phillos yang berarti cinta, serta sophia berarti pengetahuan dan atau ketrampilan. Dalam perkembangannya gabungan dua kata itu tidak sekedar kemudian berarti cinta pengetahuan, tetapi juga cinta kebenaran. Filsafat juga memiliki pengertian sebagaii hakekat yang ada. Dalam pengertiannya yang dinamis, filsafat memberi penjelasan adanya proses berpikir untuk mendapatkan kebenaran hakiki, kebenaran yang benar-benar benar. Dengan demikian sebenarnya filsafat itu bukan statis, tetapi dinamis. Bukan produk, tetapi proses yang terus berjalan.
Manusia mulai mengenal filsafat pada abad 7 Sebelum Masehi di Yunani. Masyarakat Yunani pada saat itu telah cenderung egaliter dan demokratis sehingga secara intelektual lebih memiliki kebebasan berpikir dibanding masyarakat lain. Keadaan masyarakat yang demikian inilah yang memprovokasi keberanian menghindar dari segala macam mitos dan berbagai hal gaib dalam mencari jawaban atas sesuatu fenomena.
Tales dan Mileta adalah moyang intelektual filsafat sekalipun kelak namanya tenggelam oleh kebesaran nama Socrates, Plato, dan Aristoteles.