PENGANTAR
Filsafat Ilmu adalah kajian yang terarah pada pencaritahuan
tentang hakekat ilmu. Ia berusaha memberi penjelasan terkait syarat suatu
pengetahuan dapat disebut ilmiah dan mencari jawaban atas sejumlah pertanyaan
seperti : 1) bagaimana suatu ilmu dapat memberi penjelasan terhadap sesuatu
fenomena, 2) bagaimana juga suatu ilmu dapat digunakan untuk memperkirakan
keadaan mendatang, 3) bagaimana cara menentukan validitas sebuah informasi, 4)
bagaimana berbagai macam penalaran dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan,
dan lain sebagainya.
Ilmu, sebagaimana kita tahu adalah merupakan kumpulan
sejumlah teori dalam bidang tertentu. Ia menjelaskan tentang sebenar-benarnya
alam, serta fenomena yang terjadi di alam. Fenomena adalah segala sesuatu yang
hadir dalam kesadaran manusia.
Untuk tujuan memberi penjelasan itu sesuatu ilmu
menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk
mengamati alam dan individu-individu di dalam suatu masyarakat.
Apa yang telah secara selintas saya uraikan tersebut
bermaksud sekedar memberi gambaran umum atau overview terkait Filsafat Ilmu.
Sebagaimana overview maka tak menyentuh detail penjelasan yang mendalam. Agar
kita dapatkan penjelasan yang tuntas tentang materi Filsafat Ilmu maka akan
menjadi baik jika kita pahami dulu konsep filsafat dan kemudian juga ilmu.
Dari bahasa Yunani phillos
yang berarti cinta, serta sophia
berarti pengetahuan dan atau ketrampilan. Dalam perkembangannya gabungan dua
kata itu tidak sekedar kemudian berarti cinta pengetahuan, tetapi juga cinta
kebenaran. Filsafat juga memiliki pengertian sebagaii hakekat yang ada. Dalam
pengertiannya yang dinamis, filsafat memberi penjelasan adanya proses berpikir
untuk mendapatkan kebenaran hakiki, kebenaran yang benar-benar benar. Dengan
demikian sebenarnya filsafat itu bukan statis, tetapi dinamis. Bukan produk,
tetapi proses yang terus berjalan.
Manusia mulai mengenal filsafat pada abad 7 Sebelum Masehi
di Yunani. Masyarakat Yunani pada saat itu telah cenderung egaliter dan
demokratis sehingga secara intelektual lebih memiliki kebebasan berpikir
dibanding masyarakat lain. Keadaan masyarakat yang demikian inilah yang
memprovokasi keberanian menghindar dari segala macam mitos dan berbagai hal
gaib dalam mencari jawaban atas sesuatu fenomena.
Tales dan Mileta adalah moyang intelektual filsafat
sekalipun kelak namanya tenggelam oleh kebesaran nama Socrates, Plato, dan
Aristoteles.