Mendefinisikan
Kepemimpinan
Selama bertahun-tahun, padangan kita
mengenai apa kepemimpinan itu dan siapa yang dapat mempraktekkannya selalu
berubah-ubah. Pada suatu waktu, keahlian kepemimpinan dianggap sebagai suatu
bawaan sejak lahir. Pemimpin dilahirkan, dan bukannya diciptakan. Asumsi ini
membimbing lahirnya teori kepemimpinan Great Man. Teori ini melihat
kekuasaan ada pada sejumlah orang tertentu yang karena pewarisan dan keberuntungan
membuat mereka menjadi pemimpin. Mereka yang dari keturunan tertentu dapat
memimpin, sedang yang lainnya harus dipimpin. Tidak ada yang dapat mengubah
takdir.
Ketika gagal menjelaskan secara
memadai tentang kepemimpinan, teori ini digantikan dengan teori Big Bang,
yang diberangkatkan oleh argumen bahwa peristiwa besar membuat seseorang
menjadi pemimpin, yang sebenarnya adalah juga manusia biasa. Teori ini
menggabungkan situasi dan pengikut untuk membentuk pemimpin. Sebagaimana teori Great
Man, teori Big Bang inipun menyajikan definisi yang tidak memadai.
Sekarang, dalam kurun waktu yang tidak terganggu oleh Great Man ataupun Big
Bang, kita memiliki kesempatan untuk menghargai para pemimpin kita
sekaligus memikirkan esensi dari kepemimpinan.
Kajian akademis tentang kepemimpinan
dimulai pada sekitar tahu 1900. Fokus kajian ini masih pada beberapa sifat yang
menjadi ciri atau karakter dari pemimpin-pemimpin besar dunia terutama para
pemimpin heroik sebagaimana Gandhi, Martin Luther, Julius Caesar, hingga Washington ataupun Lincoln.
Sejumlah sifat menonjol berhasil diidentifikasi semisal kharisma, daya
persuasi, pandangan ke depan serta sejumlah kualitas tertentu yang menyertai
pemimpin tersebut. Tetapi, seperti terlihat pada masa setelah itu, ratusan
penelitian tentang pemimpin dan kepemimpinan telah gagal membuktikan bahwa
setiap bakat atau kualitas tertentu itu secara konsisten berhubungan dengan
kepemimpinan yang efektif.
Benar sebagaimana yang ditulis Ralph
Stogdill (1974) bahwa 'ada banyak definisi yang berlainan tentang kepemimpinan
yang jumlahnya hampir sebanyak orang yang berusaha mendefinisikan konsep
tersebut'. Dalam bukunya berjudul Handbook of Leadership :A Survey of Theory
and Research, Stogdill mendefinisikan kepemimpinan '.......is the
process of influencing group activities toward goal setting and goal
achievement' (adalah proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka
perumusan dan pencapaian tujuan).
Definisi ini memberi tekanan kepada
proses perumusan tujuan disamping proses pengaruh dan pencapaian tujuan.
Stogdill terlihat sangat menyadari bahwa keberlangsungan kepemimpinan selalu
berawal dari kegiatan perumusan tujuan. Kesadaran ini membuatnya lalai bahwa
perumusan tujuan kelompok itu memasuki wilayah manajemen. Artinya adalah, kalau
yang terbicarakan manajemen maka pembicaraan itu harus terfokus pada topik
organisasi. Kalau kepemimpinan fokus kajiannya melintasi problem organisasi,
yakni kelompok. Begitu juga jika manajemen berkaitan dengan wewenang, maka
kepemimpinan yang dibicarakan bukan lagi wewenang tetapi pengaruh
Peneliti yang berbeda konsepsinya
dengan Stogdill tentang kepemimpinan di antaranya adalah Paul Hersey dan
Kenneth H. Blanchard (1977). Kedua peneliti ini terkenal dengan teori
Kepemimpinan Situasional. Sesuai dengan temuannya, Hersey dan Blanchard
mendefinisikan kepemimpinan sebagai ".........that leadership is the
process of influencing the activities of an individual or a group in efforts
toward goal achievement in a given situation." Kepemimpinan diartikan
oleh Hersey dan Blanchard sebagai proses dalam mempengaruhi sejumlah kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Jadi berdasarkan definisi tersebut, akhirnya kepemimpinan itu akan terjadi
apabila dalam situasi tertentu seseorang mempengaruhi perilaku orang lain baik
secara perseorangan maupun kelompok.
Gary Yukl (2001) sebelum
mempublikasikan definisinya tentang kepemimpinan, menyepakati Stogdill dengan
membuat daftar sejumlah definisi sebagaimana yang telah dihasilkan oleh
peneliti pendahulunya. Di bawah ini adalah sejumlah definisi kepemimpinan yang
dikutip oleh Yukl dalam bukunya berjudul Leadership in Organization.
1. Kepemimpinan adalah "perilaku
individu....yang mengarahkan aktivitas kelompok untuk mencapai sasaran
bersama" (Hemphill & Coons, 1957)
2. Kepemimpinan adalah "pengaruh tambahan
yang melebihi dan berada di atas kebutuhan mekanis dalam mengarahkan organisasi
secara rutin" (D. Katz & Kahn, 1978)
3. "Kepemimpinan dilaksanakan ketika
seseorang.... memobilisasi ....sumberdaya institusional, politis, psikologis,
dan sumber- sumber lainnya untuk membangkitkan, melibatkan dan memenuhi
motivasi pengikutnya" (Burns, 1978)
4. Kepemimpinan adalah "proses mempengaruhi
aktivitas kelompok yang terorganisir untuk mencapai sasaran" (Rauch &
behling, 1984)
5. Kepemimpinan adalah proses memberikan tujuan
(arahan yang berarti) ke usaha kolektif, yang menyebabkan adanya usaha yang
dikeluarkan untuk mencapai tujuan" (Jacobs & Jaques, 1990)
6. Kepemimpinan "adalah kemampuan untuk
bertindak di luar budaya....untuk memulai proses perubahan evolusi agar menjadi
lebih adaptif" (E.H. Schein, 1992)
7. "Kepemimpinan adalah proses untuk
membuat orang memahami manfaat bekerja bersama orang lain, sehingga mereka
paham dan mau melakukannya" (Drath & Palus, 1994)
8. "Kepemimpinan adalah cara
mengartikulasikan visi, mewujudkan nilai, dan menciptakan lingkungan guna
mencapai sesuatu" (Richard & Eagel, 1986)
9. Kepemimpinan adalah "kemampuan individu
untuk mempengaruhi, memotivasi, dan membuat orang lain mampu memberikan
kontribusinya demi efektivitas dan keberhasilan organisasi..." (House
et.Al, 1999)
Mempertimbangkan demikian banyak
definisi kepemimpinan yang tidak jarang bahkan membingungkan, akhirnya Yukl
dengan sangat hati-hati serta ingin lebih komprehensif mendefinisikan
kepemimpinan dengan kalimat yang panjangnya melampaui definisi-difinisi lain.
Definisi yang dikemukakan Yukl adalah bahwa kepemimpinan merupakan proses untuk
mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu
dilakukan dan bagaimana itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kolektif demi pencapaian tujuan bersama.
Tentu sejumlah definisi
sebagaimana yang telah disajikan di muka muncul dari peneliti-peneliti sesuai
perspektif dan ketertarikan perhatiannya. Tetapi, semua definisi tersebut kalau
dicermati memiliki persentuhan satu dengan lainnya. Persentuhan itu terletak
pada bahwa semua definisi kepemimpinan mencerminkan asumsi bahwa kepemimpinan
itu berkaitan dengan proses yang disengaja untuk mempengaruhi orang lain
Berdasarkan acuan sejumlah definisi
yang telah dipublikasikan oleh penulis-penulis terdahulu, maka kita
mendifinisikan kepemimpinan sebagai serangkaian perilaku pemimpin dalam
mempengaruhi untuk mengarahkan kegiatan kelompok menuju sasaran tertentu.
Ada beberapa implikasi penting dalam definisi
ini, yang pertama adalah bahwa kepemimpinan melibatkan orang lain di
dalam kelompok. Dengan kesadaran orang lain untuk bersedia dipengaruhi dan diarahkan,
maka anggota kelompok membantu menentukan status pemimpin dan memungkinkan
proses kepemimpinan itu berlangsung. Singkatnya, tanpa adanya orang lain,
segala macam kualitas kepemimpinan seseorang tidak relevan dibicarakan.
Kedua, kepemimpinan
selalu melibatkan atau bahkan mensyaratkan adanya kekuasaan. Tidak ada pemimpin
tanpa kekuasaan. Kekuasaan merupakan sumberdaya yang dibutuhkan oleh seseorang
pemimpin agar dapat mempengaruhi orang yang dipimpin. Dengan demikian maka
keberhasilan kepemimpinan juga sangat ditentukan oleh kepemilikan kekuasaan
dari seorang pemimpin. Kekuasaan yang kuat dengan berbagai sumber kekuasaan
yang dimiliki pemimpin akan sangat berarti bagi pelaksanaan kepemimpinannya.
Semakin banyak sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin akan semakin besar
potensi kepemimpinannya yang efektif.
Ketiga, kepemimpinan selalu
terkait dengan proses pengaruh. Semua aktivitas seseorang pemimpin pada dasarnya adalah mentranspormasikan
gagasan dengan cara mempengaruhi orang lain. Seorang pemimpin tidak hanya
secara sah memiliki otoritas memerintah pengikut, tetapi juga mempengaruhi cara
pengikut mengerjakan sesebuah kegiatan kelompok. Seorang pemimpin dapat saja
memerintah pengikut (bawahan) untuk mengerjakan tugas tertentu, tetapi mungkin
pengaruhnya atas pengikutlah yang menentukan apakah tugas itu dilaksanakan
dengan benar atau sebaliknya.
Keempat, kata kepemimpinan memberi penjelasan adanya
tindakan tertentu yang terus-menerus dan terjaga konsistensinya sehingga
terpola kedalam perilaku. Dalam kaitan ini, tindakan termaksud sudah menjadi
perilaku obyektif atau terukur sebagaimana dilakukan oleh seorang pemimpin
ketika berusaha mempengaruhi anggota kelompok yang dipimpinnya. Pengertian ini
menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan rangkaian proses. Mungkin inilah
sebabnya, Yukl (2001) mengatakan bahwa kajian kepemimpinan cenderung memberi
penekanan pada aspek perubahan, sedangkan manajemen lebih menekankan status-quo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar