Beberapa Tipe Tindakan Sosial
Sepenuhnya
uraian mengenai jenis tindakan sosial ini diadopsi dari pemikiran Max Weber
(1864-1920). Jika tindakan sosial itu harus menyertakan makna subyektif dalam
pendefinisiannya, tentu problem besar yang segera muncul adalah tentang metode
untuk mengetahui makna subyektif itu dari pemahaman yang obyektif atau terukur.
Namun Weber merekomendasikan konsep rasionalitas untuk menjadi kunci analisis
ilmiah mengenai tindakan manusia itu.
Pendekatan
paling obyektif, bagi Weber, adalah dengan menganalisis 'sesuatu di balik
tindakan' yang kemudian diyakini sebagai rasionalitas tindakan. Artinya bahwa,
di balik setiap tindakan sosial selalu ada yang dapat dianalisis sebagai motif
mengapa seseorang itu bertindak. Rasionalitas merupakan suatu kerangka acuan
bersama di mana aspek-aspek subyektif tindakan dapat di analisis secara
obyektif. Misalnya, apabila seseorang pembeli memilih yang kurang mahal dari
dua produk yang sama, kita mengerti bahwa itu sebagai tindakan rasional karena sesuai
dengan kriteria rasionalitas obyektif yang ada.
Rasionalitas
merupakan konsep dasar untuk mengklasifikasikan tindakan sosial. Dua tindakan
dalam dua kutub yang berlawanan dengan demikian adalah tindakan rasional dan
tindakan nonrasional. Mengelaborasi dua kutub tipe tindakan sosial ini akhirnya
memunculkan varian tipe tindakan sosial sebagaimana akan diuraikan berikut ini.
1. Rasionalitas Instrumental
Tindakan
sosial dengan pertimbangan rasionalitas instrumental ini pada dasarnya adalah
tindakan sosial yang menempatkan aspek efektifitas serta efisiensitas di tempat yang utama. Tingkat rasionalitas yang
paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan
dengan tujuan tindakan itu dan alat yang dipergunakan untuk mencapainya.
Individu dilihat sebagai memiliki sejumlah tujuan dan atas dasar suatu kriteria
ditentukanlah prioritas serta pemilihan alat untuk mencapai tujuan tersebut.
Manusia,
sebagaimana Aristoteles yakin, bahwa merupakan satu-satunya mahluk hidup yang
dibekali rasio kecerdasan. Bentuk tertinggi dari penggunaan rasio sebagaimana
yang dimaksud Aristoteles tersebut muncul dalam bentuk tindakan sosial yang
instrumental. Artinya, tindakan seseorang dalam situasi interaksi sosial penuh
makna ditempatkan sebagai alat bagi pencapaian tujuan. Tindakan sosial dengan
demikian bukanlah tujuan, namun sekedar alat untuk mendekati tujuan.
Terkait
dengan tipe tindakan sosial instrumental ini, Weber menemukan perwujudan
tuntasnya di wilayah ekonomi. Terutama, tindakan ekonomi dalam sistem pasar
yang bersifat impersonal yang merupakan bentuk dasar rasionalitas instrumental
ini. Dalam organisasi birokrasi dunia Barat modern, ciri rasionalitas jenis ini
juga sangat tampak nyata.
2. Rasionalitas Nilai
Dibandingkan
dengan tindakan sosial berdasar pada rasionalitas instrumental, maka
rasionalitas nilai memberi penjelasan adanya peran pertimbangan nonrasional.
Tindakan religius mungkin merupakan bentuk dasar dari tindakan sosial yang
berorientasi nilai ini. Muslim mungkin menilai pengalaman subyektif mengenai
kedekatannya dengan Allah SWT berbentuk perasaan damai, tenang, dan nyaman yang
mampu menempatkan nilai-nilai lainnya menjadi tidak penting.
Dalam
tindakan sosial dengan pertimbangan rasionalitas nilai, seseorang sulit
menganalisis secara obyektif. Terlebih-lebih, komitmen terhadap nilai-nilai ini
adalah sedemikian tinggi sehingga pertimbangan-pertimbangan rasional mengenai
kegunaan (utility), efisiensi, efektifitas, semuanya menjadi tidak relevan
lagi. Apakah nilai seperti itu dicapai secara efektif, tidak dapat dibuktikan
secara obyektif dengan cara yang sama seperti kita membuktikan keberhasilan
dalam mencapai tujuan dalam tindakan instrumental.
3. Tindakan Tradisional
Tindakan
tradisional merupakan tipe tindakan sosial yang bersifat nonrasional. Jika
seorang indiividu memperlihatkan tindakan karena kebiasaan, tanpa refleksi yang
sadar atau tanpa perencanaan, tindakan seperti ini tergolong pada tindakan
sosial tradisional. Pada saat seseorang ditanya mengapa ia bertindak seperti
yang dilakukan dan kemudian menjawab bahwa hal itu sesuai dengan yang biasa ia
lakukan, maka ini menandai bahwa tindakannya merupakan tindakan tradisional.
Dalam
tindakan ini, seseorang hanya menempatkan kebiasaan, tradisi yang ada sebagai
rujukan tindakannya. Tidak ada rasionalitas yang memadai untuk suatu pilihan
tindakan baginya. Tradisi dan atau kebiasaan menjadi satu-satunya acuan untuk
mana seseorang melakukan sesuatu. Apabila kelompok-kelompok atau keseluruhan
masyarakat didominasi oleh orientasi seperti ini, maka kebiasaan dan institusi
mereka diabsahkan atau didukung oleh kebiasaan atau tradisi yang sudah lama
mapan sebagai kerangka acuanya, yang diterima begitu saja tanpa ada persoalan.
Tidak ada
kritik dalam tindakan tradisional. Tradisi dan kebiasaan diterima dengan penuh
kepercayaan bahwa sesuatu cara bertindak telah teruji kebenarannya secara turun
temurun. Kalimat pembenar dari tindakan tradisional lazim berbunyi :
"Inilah cara yang telah dilaksanakan oleh nenek moyang kami, dan demikian
pula nenek moyang mereka sebelumnya, ini adalah cara yang sudah begini dan akan
selalu tetap begini terus". Tindakan tradisional ini secara
berangsur-angsur akan lenyap seiring dengan menguatnya tindakan sosial yang
bertipe rasionalitas instrumental.
4. Tindakan Afektif
Tipe
tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan yang sadar. Seseorang yang sedang mengalami
perasaan meluap-luap seperti cinta, kemarahan, ketakutan atau kegembiraan, dan
secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang
memperlihatkan tindakan afektif. Tindakan itu benar-benar tidak rasional karena
kurangnya pertimbangan logis, ideologis, atau kriteria rasionalitas lainnya
(Johnson 1986; 221).
Keempat
tipe tindakan sosial yang baru kita bahas ini harus dilihat sebagai tipe-tipe
ideal. Dalam dunia kehidupan sosial, banyak tindakan yang seluruhnya sesuai
dengan salah satu tipe tersebut. Sebagai contoh, tindakan tradisional mungkin
mencerminkan suatu kepercayaan yang sadar akan sakralitas tradisi-tradisi dalam
suatu masyarakat, dan itu berarti bahwa tindakan itu mengandung rasionalitas
yang berorientasi pada nilai. Atau bisa juga, ia mencerminkan suatu penilaian
yang sadar akan alternatif-alternatif serta cerminan keputusan bahwa
tradisi-tradisi yang sudah mapan merupakan cara yang paling baik untuk suatu
tujuan yang dipilih secara sadar di antara pilihan tujuan yang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar